PAKELIMA
PRAHARA HARI KIAMAT
Pada saat itu setiap ruh dikembalikan pada jasadnya dan terjadilah kiamat yang Allahtelah beritakan di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya , serta kaum muslimin telah menyepakatinya. Maka manusiapun bangkit dari kuburnya menuju Rabb semesta alam dalam keadaan tidak bersandal, telanjang, dan tidak khitan. Matahari didekatkan, maka keringat menggenangi mereka lalu mereka yakin bahwasanya amalan-amalan mereka akan dihisab.
Selanjutnya Allah mengangkat telaga Rasulullah pada hari yang dahsyat (mahsyar) yang kadarnya hari itu sama dengan lima puluh ribu tahun.
Kemudian lembaran-lembaran amal ditebarkan, ada yang mengambil catatan amalnya dengan tangan kanannya dan ada yang mengambilnya dengan tangan kirinya atau dari belakang punggungnya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Haaqqah ayat 19-20:
Artinya : Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)" [19]. Sesungguhnya aku yakin, bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku [20].
Dan juga Allah berfiman:
Artinya : Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, Maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini [25]. Dan Aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku [26]. [Q.S Al-Haaqqah: 25-26]
Selanjutnya Allah berfirman dalam surah Al Insyiqaaq ayat 10-11:
Artinya: Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang[10], Maka dia akan berteriak: "Celakalah aku"[11] .
Setelah lembaran-lembaran ditebarkan maka diletakkanlah timbangan untuk menimbang amal-amal setiap hamba. Itulah sebagian dari prahara yang akan terjadi pada hari kiamat. Tiap-tiap Manusia akan Dibangkitkan dari Kuburnya.
Iman dengan hari kebangkitan adalah rukun dari rukun iman yang setiap muslim diwajibkan untuk mengimaninya dan tidak boleh mengingkarinya karena hal ini telah tetap dari Kitabullah (Al-Qur’an) dan As Sunnah (Al-Hadits) yang shohih. Allahberfirman:
Artinya: Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan {4} Pada suatu hari yang besar {5} (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?{6}. [Al-Muthaffifin ayat 4-6]
Dan firman-Nya dalam surah Al-Anbiyaa’ ayat 104 yang artinya:
“Maka disaat itu seluruh manusia akan dibangkitkan dan dikembalikan menuju Rabb mereka secara sempurna sebagaimana asal kelahirannya”.
Sama saja apakah mayat dimakan binatang buas atau hancur diterbangkan angin atau tenggelam di dalam lautan.Dan Allah mengumpulkan kaum lelaki bersama kaum wanita dalam keadaan tidak bersandal, telanjang dan tidak khitan; namun keadaan ketika itu sangat dahsyat dan mengerikan sehingga tidak terbetik sedikitpun di dalam hati mereka untuk saling melihat. Ketika Rasulullahmenggambarkan fenomena ini, maka ‘Aisyah bertanya : “Wahai Rasulullah! Apakah para lelaki dan wanita akan saling melihat?” Rasulullah bersabda:
Artinya: “Urusan disaat itu lebih dahsyat dari pada mementingkan hal itu (di dalam riwayat lain) dari pada sebagian yang lain”.
Di saat itu setiap manusia memiliki urusan yang sangat menyibukkannya, Allah berfirman:
Artinya: Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya {34} Dari ibu dan bapaknya {35} Dari istri dan anak-anaknya {36} Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya {37} [‘Abasa: 34-37]
Maka laki-laki tidak akan memandang pada wanita dan wanita tidak memandang pada laki-laki. Bahkan di saat itu anak lari dari bapaknya dan bapak lari dari anaknya karena takut masing-masing menuntut haknya.
Setelah itu mereka diberi pakaian, dan yang pertama diberi pakaian adalah nabi Ibrahim sebagaimana disebutkan dalam ....:Matahari Didekatkan Dari Manusia. Pada hari kiamat nanti matahari didekatkan pada manusia sejarak satu mil, maka keadaannya sangat panas.
Rasulullahbersabda dalam hadits riwayat Muslim dari shohabat Miqdad bin Aswad dia berkata : “saya mendengar Rasulullahbersabda: “Pada hari kiamat, matahari didekatkan dari seluruh makhluk hingga sejarak satu mil maka manusia berkeringat sesuai dengan kadar amalnya, ada yang keringatnya sampai mata kakinya, ada yang sampai lututnya, ada yang sampai pusatnya, bahkan ada yang ditenggelamkan oleh keringatnya”. Dia (Miqdad) berkata: “Dan Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan beliau ke mulutnya”.
Namun ada 7 golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allahdisaat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : imam yang adil, pemuda yang tumbuh di dalam ketaatan kepada Allah , orang yang hatinya senantiasa tergantung pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allahyakni mereka bertemu dan berpisah karena Allah , laki-laki yang diajak mesum oleh wanita yang berkedudukan dan cantik namun dia berkata “aku takut kepada Allah”, seorang yang bersedekah lalu dia merahasiakannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allahdisaat sunyi hingga air matanya bercucuran. Sebagaimana hal ini tertera dalam hadits riwayat Bukhari dan dalam riwayat Muslim dari shohabat Abu Hurairah .
Menciduk Air Telaga Rasulullah di Mahsyar ?
Telaga Rasulullah letaknya di mahsyar yang luasnya sama dengan perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, baunya lebih harum dari misk dan gelas-gelasnya seperti bintang-bintang di langit. Siapa yang meminumnya niscaya tidak akan merasa haus selamanya. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari shohabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash bahwasanya Rasulullah bersabda: “Telagaku perjalanan sebulan (luasnya), airnya lebih putih dari susu, baunya lebih harum dari misk, gelas-gelasnya seperti bintang-bintang di langit, siapa yang meminumnya maka niscaya tidak akan merasakan haus selamanya”
Maka barang siapa yang mati di atas sunnah Rasulullahdan dia tidak merubah serta tidak pula mengadakan perkara-pekara baru dalam agama ini (bid’ah) maka dia akan menciduk air telaga tersebut dan meminumnya. Yang demikian ini merupakan awal kenikmatan yang dirasakan bagi setiap hamba yang meminumnya.
Adapun orang-orang kafir, orang-orang munafiq dan orang-orang yang membuat perkara baru dalam urusan agama ini maka mereka akan tertarik dan tidak dapat mendekat kepada telaga Nabi. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari shohabat Sahl bin Sa’ad As Sa’idi berkata: “Saya mendengar Rasulullahbersabda (yang artinya): “Sesungguhnya saya adalah yang terdepan di antara kalian di atas telaga. Barang siapa yang melewatiku maka dia minum dari telaga tersebut dan barang siapa yang meminumnya, niscaya dia tidak akan haus selama-lamanya. Dan benar-benar telah datang kepadaku beberapa kaum, saya mengenal mereka dan mereka mengenal diriku akan tetapi antara diriku dan mereka berjauhan....”. Rasulullah mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu dari golonganku (dalam riwayat lain) shohabatku! shohabatku! Kemudian dikatakan kepadanya: “Sesungguhnya engkau wahai Muhammad tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu. Maka Rasulullahbesabda: “Telah jauh! Telah jauh! Bagi orang-orang yang mengadakan perubahan (dalam urusan agama) sepeninggalku”.
Sebagian ulama menyatakan bahwa “kaum” di sini adalah;
1. Orang-orang yang murtad (keluar dari agama);
2. Orang-orang munafiq;
3. Dan termasuk pula di dalamnya para pelaku maksiat, pelaku dosa-dosa besar dan pelaku-pelaku yang menambah pekara baru dalam urusan agama (bid’ah) yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam (sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari);
4. Mereka adalah shohabat Rasulullah(dan khusus pada poin ini adalah ucapan batil dan sesat dari Syi’ah Rofidhoh).
Al Hisab
Pengertian al hisab adalah penampakan amalan setiap hamba disertai balasan sesuai dengan tingkat amalannya pada hari kiamat. Dalil-dalil tentang adanya hisab terdapat dalam Al Qur’an di antaranya pada surah Al-Insyiqoq ayat 7-8:
Artinya: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya {7} Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah {8}.
Pada hari kiamat nanti Allah akan menghisab orang mukmin, orang munafiq dan orang kafir.
Adapun hisab bagi orang mukmin ada 2 jenis yaitu:
1. Hisab Al ‘Ardh (penampakan) yakni tatkala Allah menampakkan seluruh amalan-amalan hamba dan hamba tersebut melihat amalannya.
2. Hisab Al Munaaqosyah (debat) yakni ketika Allah mendebat setiap hamba terhadap amalan-amalannya lalu dia melihat dirinya akan binasa dengan amalannya tersebut. Sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah bersabda :”tidak ada seorangpun yang dihisab pada hari kiamat melainkan dia akan binasa”. Maka saya katakan (‘Aisyah): “wahai Rasulullah bukankah Allah telah berfirman (yang artinya): “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”. Maka Rasulullah menjawab: “yang demikian itu adalah Al-‘Ardh akan tetapi tidaklah seseorang yang didebat (ditampakkan) hisabnya pada hari kiamat melainkan diadzab”.
Adapun hisab bagi orang kafir dan orang munafiq, maka mereka tidak memiliki kebaikan sedikitpun yang akan ditimbang pada hari kiamat karena amalan-amalan mereka telah gugur dengan kekufurannya maka tidak akan tersisa pada hari kiamat kecuali amalan kejelekan saja. Dan Allah akan memberitakan amalan-amalan mereka pada hari kiamat. Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 50 yang artinya: “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sholat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.
Dan firman-Nya dalam surah Al-Kahfi ayat 103-105 yang artinya:
Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" {103} Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. {104} Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat {105}.
Namun ada dari umat Muhammad yang akan masuk surga tanpa mengalami proses hisab dan tanpa diadzab sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari shohabat Ibnu ‘Abbas bahwasanya “Nabi melihat 70 ribu umatnya masuk syurga tanpa dihisab dan tanpa diadzab,mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak berobat dengan cara key (menempelkan besi panas pada bagian urat tubuh tertentu), dan tidak bertathayyur (menyandarkan nasib pada burung), dan mereka bertawakkal pada Robb mereka”.
Dan imam Ahmad meriwayatkan “Bahwasanya setiap orang (dari 70 ribu tersebut) membawa 70 ribu orang”. Maka 70 ribu dikali 70 ribu dan ditambahkan 70 ribu sama dengan 4.900.070.000, mereka itu akan masuk syurga tanpa dihisab dan tanpa diadzab.
Telah diriwayatkan dalam hadits yang shohih di antaranya dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari shohabat Ibnu ‘Umar yang menceritakan tentang sifat hisab bagi orang mukmin, orang munafiq dan orang kafir. Rasulullah bersabda: “Allah berduaan dengan orang yang beriman dan membuat ia mengetahui dosa-dosanya, yakni Allah berfirman kepadanya “engkau telah melakukan demikian, dan engkau telah melakukan demikian ...... hingga ia mengetahui dan mengakuinya, kemudian Allahberfirman “Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia dan pada hari ini Aku mengampunimu”. Adapun orang-orang kafir dan munafiq, mereka diseru ditengah-tengah kumpulan manusia: Mereka itulah yang mendustakan Robb mereka, dan ketahuilah bahwa Allah melaknat orang-orang yang dzolim.[H.R Bukhari dan Muslim dari shohabat Ibnu ‘Umar ]
Lembaran-lembaran Amal Ditebarkan
Setelah hisab yang pertama (Al-‘Ardh) maka lembaran-lembaran amal yang berisi catatan amal bani Adam yang dicatat oleh malaikat yang telah ditugaskan akan ditebarkan dan dibuka. Kemudian setelah itu dibacakanlah lembaran-lembaran tersebut dan tidak ada lagi hujjah bagi mereka dan telah terputuslah alasan atas amalan mereka tersebut. Allah berfirman:
Artinya: Dan tiap-tiap manusia itu telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka {13}."Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu" {14}. Dan yang dicatat meliputi segala amal baik dan amal buruk, dan yang dicatat dari amal baik mencakup perkara yang telah ia kerjakan, yang ia niatkan, dan perkara yang ia bermaksud mengerjakannya.
Adapun yang berhubungan dengan niat,contohnya terdapat dalam potongan hadits riwayat imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah (semoga Allah Ta’ala merahmati mereka) dari shohabat Abu Kabsyah dan Imam Tirmidzi menyatakan derajat hadits tersebut hasan shohih serta syaikh Al-Bany menshohihkannya, yakni tentang kisah seorang yang memiliki harta yang ia infakkan di jalan kebaikan, maka seorang yang miskin berkata : “Seandainya saya punya harta, niscaya saya akan beramal seperti amal orang tersebut”, maka Nabibersabda : “Maka dia sesuai dengan niatnya dan pahala keduanya sama”.
Adapun yang berhubungan dengan maksud untuk beramal terbagi dua:
1. Seorang yang bermaksud untuk mengerjakan suatu kebaikan dan dia telah mengerjakan apa-apa yang dia mampu namun belum sempurna, maka dicatat baginya pahala yang sempurna. Allah berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 100 yang artinya:
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hal ini merupakan berita gembira bagi para penuntut ilmu jika niatnya adalah agar ilmunya bisa bermanfaat bagi manusia dan bisa membela sunnah Nabi serta ia bisa menyebarkan agama Allahdengan ilmunya lalu ia mati dalam keadaan menuntut ilmu, maka baginya dicatat pahala sesuai niatnya dan dicatat pula pahala atas apa-apa yang telah ia kerjakan. Rasul bersabda yang artinya: ‘jika seorang hamba sakit atau bersafar, maka dicatat baginya pahala seperti pahala orang yang mukim yang sehat”. [H.R Bukhori dari shohabat Abu Musa Al Asy ‘Ary ]
2. Dia bermaksud untuk beramal namun tidak mengerjakannya padahal ia mampu, baginya dicatat pahala niat yang sempurna.
Berkaitan dengan amal kejelekan, maka yang dicatat meliputi tiga perkara, yaitu: Pertama : Yang telah dikerjakan, maka dicatat baginya kejelekan secara sempurna. Yang bermaksud dikerjakan dan telah diupayakan namun gagal maka dicatat kejelekan secara sempurna pula. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya: “jika berhadapan dua orang muslim yang keduanya memegang pedang, maka yang terbunuh dan yang membunuh akan masuk neraka”. Para shohabat bertanya, “wahai Rasulullah! Bagaimana dengan yang terbunuh?”. Rasulullahbersabda “karena ia telah bermaksud membunuh temannya”.[H.R Bukhari dan Muslim dari shohabat Abu Bakrah ].
Kedua : Yang telah diniatkan dan diangan-angankan untuk dikerjakan, maka niat jeleknya tersebut akan dicatat, sebagaimana sabda Rasul yang di dalammya memberitakan tentang seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu ia gunakan semaunya tanpa mengikuti petunjuk Allahkemudian seorang miskin berkata: “Seandainya saya memiliki harta, maka saya akan gunakan seperti orang tersebut”. Maka Nabibersabda yang artinya “Dia sesuai dengan niatnya dan dosa keduanya sama”.
[H.R Bukhari dan Muslim dari shohabat Abu Hurairah ]
Ketiga, Jika seseorang bermaksud untuk melakukan amalan kekejian namun dia tidak jadi melakukannya, maka hal ini terbagi menjadi tiga keadaan:
Jika ia meninggalkannya karena tidak mampu melakukan namun ia sudah mengusahakannya, maka ia dianggap seperti orang yang telah melakukannya.
Jika ia meninggalkannya karena dorongan rasa takut kepada Allah maka ia berpahala.
Jika ia meninggalkannya karena jiwanya merasa bosan atau jenuh dari melakukan amal kejelekan, maka ia tidak berdosa dan tidak berpahala.
Timbangan Diletakkan
Dan Allah meletakkan timbangan untuk menimbang amal-amal setiap hamba. Allahberfirman dalam surah Al-Mu’minun ayat 102-103:
Artinya: Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka mereka Itulah orang-orang yang dapat keberuntungan {102}. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka jahannam {103}.
Telah datang dari sunnah (hadits) Rasulullah bahwa timbangan memiliki dua anak timbangan. Sebagaimana Firman Allahdalam surah Al-Anbiya’ ayat 47 yang artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan”.
Amalan kejelekan diletakkan pada salah satu anak timbangan dan pada salah satunya untuk amal kebaikan, maka barang siapa yang amal kebaikannya lebih berat maka dia beruntung dan masuk surga. Dan barang siapa yang amal kejelekannya lebih berat maka dia akan sengsara sesuai dengan ancaman dari Allah.
Adapun perkara yang ditimbang ada tiga hal yaitu sebagai berikut:
1. Jasad manusia itu sendiri sebagaimana riwayat haditsnya dijelaskan dalam Musnad Imam Ahmad yaitu: tatkala para shohabat tertawa dari kecilnya kedua betis Abdullah Ibnu Mas’ud , maka
Rasulullah bersabda: “Apakah kalian tertawa dari kedua betisnya? Demi jiwaku yang berada di tangan Allah, kedua betis Abdullah Ibnu Mas’ud lebih berat di mizan (timbangan) pada hari kiamat dari gunung uhud”.
2. Amalan itu sendiri (telah lewat penjelasannya).
3. Suhuf-suhuf (lembaran-lembaran) amalan.
Maroji’ (Kitab Rujukan):
1. Syarah Aqidah Washithyyah oleh Samahatusy Syaikh Muhammad Bin Sholeh Al-Utsaimin dan Samahatusy Syaikh Sholeh Fauzan Al Fauzan (dengan sedikit perubahan).
2. Aqidah Thohawiyah oleh Syaikh Sholeh Alu Syaikh
3. Fathul Bari oleh Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani
Rabu, 10 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar disini